Sabtu, 17 November 2012

Home » » ESP DAFTARKAN SONGKET BENANG EMAS

ESP DAFTARKAN SONGKET BENANG EMAS

EDI SANTANA PUTRA DAFTARKAN SONGKET BENANG EMAS
 
Walikota Palembang, H Eddy Santana Putra mengatakan, songket benang emas merupakan aset sejarah dan budaya Kota Palembang yang harus dijaga kelestariannya. Karena itu, beberapa motif khas Palembang sudah didaftarkan ke Kementerian Perdagangan sejak tujuh tahun lalu.

ESP (Kiri) — Lia (Kanan) memperlihatkan benang emas jantung asli 
berusia ratusan tahun, Rabu (14/11).
“Saya sudah baca liputan ekslusif mengenai songket ini. Kita sudah daftarkan HAKI-nya. Bahkan sudah lama sekali,” kata Eddy saat dikonfirmasi Sripo, Kamis (16/11).
Eddy menjelaskan, pada dasarnya bukan songket sebagai milik Palembang yang didaftarkan. Melainkan sejumlah motif yang menjadi hasil karya dan kreativitas masyarakat Palembang. Termasuk beberapa di antaranya ialah motif jantung, motif naga besaung, ayam dan lainnya. “Jadi motifnya yang kita daftarkan, dan semuanya sudah kita lakukan,” jelasnya.
  
Seperti diberitakan sebelumnya, kolektor asal negeri Jiran Malaysia, hingga saat ini terus mencari tahu keberadaan songket benang emas. Mereka berani membayar ratusan juta rupiah untuk mendapatkan songket yang sudah langka itu. Orang-orang dari negara jiran Malaysia paling getol mengincar benda bersejarah seperti itu. Sebagian bahkan berani membayar ratusan juta rupiah untuk bisa membawanya pulang. 
Dan tentu saja ini bukan satu-satunya barang bersejarah yang menjadi incaran pihak asing. Seperti Kamis, (13/11) lalu, sekitar 30 orang rombongan dari Persatuan Sejarah Malaysia Cawangan Selangor (PSMCS) berkunjung ke Palembang juga mengunjungi Palembang. Kedatangan para sejarawan ini selain untuk mempelajari hubungan Jambi dan Palembang dengan Selangor, juga menginginkan salinan atau duplikasi manuskrip sejarah Palembang.

Rombongan yang dipimpin Muhammad Yusuf ini diterima pihak Pemkot Palembang bersama organisasi Masyarakat Sejarawan Sumsel dan Dewan Pembina Adat Kota Palembang di Aula Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Palembang sekira pukul 14.00. Pada pertemuan itu, rombongan dari negeri jiran ini menjelaskan maskud dan tujuan mereka berkunjung ke Bumi Sriwijaya.

M Yusuf mengatakan, ini merupakan lawatan dalam dalam rangka menjajaki hubungan antara Jambi dan Palembang dengan negeri Selangor. Pihaknya berharap, kunjungan ini melahirkan hubungan yang semakin baik bagi kedua belah pihak mengingat Palembang dan Malaysia diyakni serumpun atau sama-sama melayu.

“Kami sangat senang bisa berkunjung ke sini. Semoga lawatan ini akan meningkatkan hubungan baik di anatar Palembang dan Selangor Malaysia,” ujar M Yusuf dengan logat khas melayu Malaysia.
M Yusuf cukup banyak bertanya tentang hal-hal yang terkait dengan Kota Palembang dan sejarahnya. Salah satu yang diungkapkan dalam pertemuan itu adalah mengenai Bukit Siguntang. Dia mengaku penasaran dengan situs budaya yang satu ini. “Saya hanya ingin tahu, mengapa dinamakan Bukit Siguntang, padahal posisinya tidak seperti bukit,” kata Yusuf dengan nada bertanya.

Pertanyaan M Yusuf kemudian dijawab Sekretaris Masyarakat Sejarawan Sumsel, Ari Panji. Dia menjelaskan, penyebutan “bukit” pada kawasan Siguntang tidak terlepas dari sejarah di masa lampau. Menurut dia, memang saat ini Bukit Siguntang tidak terlihat tinggi layaknya bukit. Itu karena, saat ini sudah terjadi perubahan karena bangunan di Palembang yang semakin berkembang. 
Namun, lanjutnya, sebenarnya daerah itu merupakan daratan tertingi di Kota Palembang. Bahkan pada masa lalu, untuk melihat seluruh daratan Palembang, orang cukup berdiri di Bukit Siguntang.
“Daratan tertinggi di Palembang ya di sana. Kalau sekarang tidak kelihatan tinggi, itu karena sudah banyak pembangunan,” jelasnya.

Ada hal menarik daripada sekadar membicarakan Bukit Siguntang.
Pada saat acara berlangsung, diam-diam sejarawan Palembang menggarisbawahi salah satu item yang tertulis dalam surat kunjungan para sejarawan asal Selangor, Malaysia ini. Dalam surat tersebut ada semacam permohonan kepada Pemkot Palembang agar rombongan yang datang diperkenankan mendapatkan naskah, manuskrip atau buku-buku berkait sejarah Palembang. Bahkan mereka juga minta agar tuan rumah mengatur pertemuan dengan orang-orang yang memahami tentang sejarah Palembang.

Meski tak mau berlebihan menaggapi hal ini, Kepala Museum SMB II Palembang, Ali Hanafiah mengatakan, Pemkot Palembang harus bijak menyikapi permintaan pihak Malaysia. Sebab dengan berbagai kasus klim yang terjadi selama ini, Palembang sepatutnya protektif terhadap tujuan meminta manuskrip atau tulisan tentang sejarah Palembang tersebut.

“Kita sama sekali tidak curiga. Tapi saya rasa kita juga wajib memperjelas maksud dan tujuan sejarawan ini menginginkan manuskrip sejarah Palembang,” tandasnya. (asa)
 
sumber : http://esp-4sumsel1.blogspot.com/2012/11/esp-daftarkan-songket-benang-emas.html
Bagikan Berita ESP :

0 komentar:

Posting Komentar